Aku menolak untuk kerja di hari Sabtu dan Minggu. Meskipun aku suka dengan apa yang saat ini ku gandrungi, tapi sesekali aku harus meringankan beban pikiran setidaknya pada akhir pekan. Konsisten dalam menulis? senin kamis bullsh**. Untuk bisa konsisten itu sulit, apalagi ketika harus memeras otak untuk menuangkan sesuatu kedalam bentuk tulisan. Tidak ada yang aneh dalam hidupku, dan aku tidak tertarik untuk mengusik kehidupan orang lain. Setidaknya, untuk saat ini.
Beberapa waktu sebelumnya, aku berkata pada diri sendiri untuk melatih diri dengan menuangkan buah pikir pada blog ini setidaknya 2 kali dalam seminggu. Aku memilih hari senin dan kamis tanpa alasan. Itu sempat berjalan untuk beberapa bulan, kemudian ada keterlambatan dan akhirnya aku tinggalkan. Tidak ada yang mengevaluasi selain diri sendiri, jadi terkadang semua dirasa percuma.
Hidup dengan memahat jalan sendiri tak selalu mudah. Tantangannya adalah kebebasan itu sendiri, dimana diri ini bebas untuk melakukan apapun dan tidak dalam tuntutan apapun untuk bisa menghidupi diri sendiri. Berbeda dengan seseorang yang berjalan pada rute yang sudah ditentukan, dengan segala aturan dan tetek-bengek yang tak bisa diabaikan.
Namun ada hikmah tersendiri terutama bagi si aku yang pemalas ini. Sangat sulit bagiku dulu untuk bisa disiplin diri, namun sekarang hampir tak pernah aku untuk tidak bangun pagi. Si aku yang benci rutinitas, kini membuat ritual tersendiri untuk tetap waras. Bentuk dari tanggung jawab ketika tak ingin diatur dunia, maka aku sendiri yang harus membuat semua aturan-aturannya.
Kunci dari memiliki kebiasaan yang baik adalah dengan menyadari kebiasaan yang buruk, niat untuk memperbaiki kemudian aksi dalam mewujudkannya.
Seringkali dalam diri sebenarnya kita sudah sadar akan hal-hal yang seharusnya kita lakukan dan tidak kita lakukan. Namun apa daya, terkadang setan berbisik untuk kita berdamai saja. Ya, lagi-lagi setan alas ini yang kita jadikan objek untuk disalahkan. Fair enough tho, karena kalau aku menyalahkan dirimu atas kebodohan yang kau lakukan takkan selalu dapat kau terima, iya kan?
Maka anggaplah si setan itu ya diri kita sendiri. Maka untuk mengalahkan setan sialan ini, mau tidak mau kita harus memaksakan diri untuk mulai melakukan kebiasaan-kebiasaan baik. Dimulai dari hal-hal yang kecil sejak terbukanya mata kita. Apalagi dalam situasi sekarang dimana dunia sedang berjalan tak biasa, akui saja kalau beberapa dari kalian memiliki rutinitas pagi yang berbeda dari biasanya.
Anggap kita ingin punya kebiasaan bangun pagi, baik itu di hari kerja maupun di hari libur lainnya. Untuk bisa melakukan itu, kita harus sadar dulu jika bangun lebih dari jam 5 pagi itu merupakan kebiasaan yang buruk. Terutama, bagi si aku dan kau yang mengaku orang islam. Adzan subuh tidak direvisi oleh ulama menjadi jam 9 pagi lho.
Selepas itu, mulailah niat kita untuk bisa membuka mata sejak dini, tanamkan pada kepala bahwa sang jiwa dan raga sanggup bekerjasama untuk melakukannya. Lakukan itu setiap kali kita akan memejamkan mata, lebih baik lagi kalau itu semua dilakukan dalam bentuk doa. Siapa tau, niatnya ingin bangun pagi malah kita tak pernah lagi membuka mata?
Berserah diri saja tidak cukup, harus ada usaha yang nyata. Pasang alarm ganda, 5 – 10 kali dalam periode yang berbeda. Itu tidak mengapa, karena nanti akan berkurang jumlahnya seiring dengan kebiasaan kita yang mulai terbentuk. Khawatir mengganggu tidur orang lain? Jangan hiraukan, biarkan mereka tau kalau kita sedang mencoba untuk melakukan kebiasaan baik. Lebih baik lagi kalau mereka malah bisa membantu untuk mewujudkannya.
Sampai disini, anggap kita berhasil melakukannya. Kemudian, setan lain datang dan lagi-lagi menyusahkan hidup kita. Go to hell, perusak konsistensi.
Bisa karena biasa, biasa karena dipaksa. Kalau kita tidak memaksakan diri, maka konsistensi tidak akan terjadi. Maka dari itu, cobalah untuk mencari motivasi selain diri sendiri. Setiap tindakan pasti punya alasan, semakin kuat alasan itu semakin kuat pula kemauan dan energi yang kita keluarkan untuk bisa mewujudkan.
Untuk menjaga kebiasaan baik yang kita sudah bangun tadi, coba jaga motivasi untuk itu dengan membuat catatan-catatan kecil yang bisa kita lihat tiap harinya, di tempat-tempat yang senantiasa kita lihat seperti layar hp yang saat ini sedang kau amati dengan penuh ambisi. Itu merupakan hal sepele yang bisa menjaga niat kita untuk terus menjaga kebiasaan baik yang mungkin kau sendiri akui tak mudah untuk melakukannya.
Kebiasaan baik akan dipengaruhi juga dengan lingkungan yang baik. Coba libatkan orang sekitar untuk menjadi support system dalam hal ini. Bisa teman, orang tua, sahabat, kekasih, atau siapapun yang sehari-hari ada dalam kehidupanmu. Untuk kalian yang merasa tidak punya teman, aku sarankan untuk segera mencari karena manusia diciptakan berpasang-pasangan. Setidaknya, itu yang aku tahu sejauh ini.
Terkadang teguran dari orang lain lebih efektif ketimbang kita menegur diri sendiri. Sedikit bantuan ekstra tidak akan menyakiti proses yang kita jalani, jangan khawatir soal ketergantungan yang akan jadi efek sampingnya. Luruskan saja niatmu setiap kali kau melakukan itu.
Lakukan semua itu dalam jangka waktu yang lama, kuatkan motivasimu dalam setiap tindakan nyata yang kau ambil. Tidak ada yang instant di dunia ini, indomie saja harus kau rebus dulu kalau ingin merasakan kenikmatannya. Jangan menganggap remeh dengan contoh kebiasaan baik yang aku sebutkan karena ingat, perubahan yang besar berawal dari hal yang kecil.
Kontribusi dalam diri atas apa yang aku sampaikan kali ini, kedepannya aku akan coba untuk kembali menulis namun pada setiap sabtu dan minggu. Jujur aku tak selalu memiliki ide untuk dituangkan, jadi alangkah baiknya kalau kalian (entah siapa aku merujuk karena sepertinya blog ini lebih sepi dari kuburan) bisa memberikan sedikit masukan.
Just make sure that you’re capable of doing changes in your life. We’re not flawless, but we can do better in life. Stay safe, fu** corona virus.
Leave a Reply