Rekonstruksi kehidupan. Jalan hidup, tujuan, dan apa yang dilakukan untuk menuju segala kebaikan.

Posted in:

Cukup lama waktu berselang sejak terakhir aku menuliskan sesuatu. Sebagian dari kalian mungkin menyadari adanya inconsistency atas jadwal penulisan yang sudah kutentukan sebelumnya. Maka dari itu, this is not my excuses, but this is my story.

Kalian mungkin tahu kalau awal tahun baruku tak begitu menyenangkan. Aku tak menyesalinya, toh semua itu sudah berlalu. Malah, aku bersyukur karena hari-hari menyebalkan itu telah berlalu. Kini aku menjalani hari-hariku dengan lebih sabar dan selalu mencoba menjadi lebih baik di setiap harinya. Meskipun, tak dapat dipungkiri bahwa masih banyak hal yang aku harap bisa aku selesaikan ketimbang hanya sekedar aku persiapkan.

Jujur saja, aku tak begitu mengingat banyak soal kegiatanku selama seminggu terakhir. Akupun tak mencatat agendaku sampai tanggal 9 kemarin. Namun seingatku, di masa-masa itu aku sempat menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sebelumnya tertunda, sembari mempersiapkan agenda untuk kegiatan kedepannya. Ah, aku tak menyangka ketika aku menuliskan ini aku malah teringat tentang apa saja hal yang aku habiskan selama satu minggu itu.

Aku sedang aktif tidur malam, dikarenakan agenda di luar yang niatannya ingin membantu usaha seorang teman. Kebetulan teman lamaku (yang sebenarnya merupakan kakak kelas) kini membuka sebuah kafe bersama temannya. Jaraknya tak begitu jauh dari kamar kosku, mungkin sekitar 5-10 menit perjalanan. Ada sedikit drama dalam proses peluncuran usaha mereka, dan mungkin aku malah terlibat sedikit lebih jauh dari yang aku perkirakan.

Diskusi malam seringkali terjadi, bahkan berlanjut sampai ke kediamanku. Dan itulah kenapa mungkin aku agak lelah saat menjalani aktivitas harianku pada siang harinya. Namun Alhamdulillah, saat ini usaha temanku sedang berproses menuju kesepakatan yang insyaallah menguntungkan semua pihak. Aku tak akan membicarakan bagaimana cerita lengkapnya disini, karena aku merasa bukan hakku untuk menceritakannya.

Kemudian, hal besar dalam hidupku terjadi setelahnya.

Aku merasa ada suatu perubahan dalam hidupku, khususnya setelah obrolan pada satu malam bersama sahabat dan temanku. Aku benar-benar merasa bahwa perjalananku benar-benar akan dimulai dan sedang menuju babak baru. Perjalanan yang aku maksud disini bukan sekedar perjalanan dunia, namun perjalanan akhirat pula. Perjalanan dimana aku akan menguatkan keyakinan, prinsip hidup dan tujuan hidup kedepan.

Aku menyadari bahwa sangat banyak hal soal kehidupan yang belum sepenuhnya aku mengerti. Pun satu dua hal yang aku tahu, seringkali aku tak cukup meyakini. Aku tahu dan sadar, bahwa aku belum sepenuhnya bisa menerima kebenaran. Aku masih takut untuk menghadapi kenyataan. Aku masih memilih untuk tidak mengetahui suatu hal yang aku takut akan membuatku khawatir dan membuat pikiranku kalang kabut. Aku masih dilanda rasa malas yang luar biasa. Aku masih mencari alasan untuk menutup alasan lainnya.

Namun, aku tak ingin selamanya begitu. Aku ingin mulai terbuka, berpikir berdasar tidak hanya logika. Sedikit demi sedikit aku mulai mencari, dasar dan arti atas apa yang kulakoni. Karena aku tahu, ada pemerhati yang tak sanggup jika melihat ku terus hidup begini. Mungkin Allah memberikan jalan dan sedikitnya aku dapat melihat sinar-sinar baru kehidupan. Aku juga sadar dan sangat tidak ingin kalau ini berlaku hanya sesaat. Maka dari itu, aku tak ingin lantas berlari mengejar semua, aku ingin berjalan perlahan agar aku tak jatuh tersungkur dan akhirnya memilih jalan lain.

Diawali dari sebuah channel YouTube.

Malam itu aku sedang mendengarkan random playlist dari youtube. Sebenarnya aku sudah beberapa lama ini menulis kata kunci ‘arab rap, arab hiphop, muslim rap’ dsb. Entah mungkin karena penasaran atau sekedar iseng belaka. Kemudian pada akhirnya aku dipertemukan dengan video Where Is The Love , dimana pada video itu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada dunia masa kini. Aku tersentuh, bukan dramatis namun aku memang terenyuh. Damn, this is lit.

Tak butuh waktu lama buatku untuk menelusuri lebih banyak konten dari channel itu. Mulai dari podcast, spoken words, nasheed, dsb aku hajar dalam beberapa hari terakhir. Pengalaman hidup sebagai artis muslim, bicara soal tujuan hidup, role model paling baik se-dunia akhirat menjadi konten yang menurutku wajib untuk dikonsumsi. Ada banyak yang belum ku sentuh namun sepertinya ini akan menjadi sebuah turnaround dalam hidupku yang aduhai ini.

Sempat aku menangis ketika mendengar spoken words berjudul Dear Mom. Dan aku mengerti, bahwa konten-konten seperti ini bukan untuk semua orang. Itu bisa menyentuhku namun mungkin tidak untuk dirimu. Aku mulai menghapus playlist lamaku dan menggantinya dengan konten-konten yang aku rasa akan lebih bermanfaat untuk aku perdengarkan. Setidaknya, ini satu hal kecil yang bisa membuatku memulai jalan hidup baru.

Aku teringat masa kecilku, dimana aku sering diperdengarkan oleh lagu-lagu nasyid dan akupun menyukainya. Namun menginjak remaja, musik barat membombardir kehidupanku. Lagu-lagu galau yang hanya membuatku merasa semakin terpuruk turut menjadi nada rutinku. Aku suka puisi, atau kata-kata yang memiliki rima. Kata-kata indah yang memiliki makna, meski aku tau itu hanya ucapan manusia belaka. Terkadang bermakna, terkadang tak berarti apa-apa.

Tanyakan pada teman-teman yang sering melihat keseharianku, dimana aku jarang sekali bisa lepas dari headset dan nada yang beralun melaluinya. Aku serasa tenggelam didalamnya. Dan kini aku sadar, secara tidak langsung itu membentuk karakterku. Membentuk pola pikirku. Pesan-pesan dalam lagu menjadi satu-dua prinsip dan opini dalam hidupku. Maka kini aku coba untuk mendengar sesuatu yang lebih baik untuk didengar, dan mungkin suatu saat aku akan mencipta dan turut serta menyadarkan yang lainnya.

In order to help people, we should be able to help ourselves first. Don’t be like a candle,it lights up the surrounding by killing itself.

Bogor, 9 Jan 2020.

Kalimat diatas menyadarkanku, dan itu aku dapatkan pada saat rapat tempo hari. Tujuanku memilii usaha sendiri itu agar aku bisa menolong banyak orang. Agar aku bisa memberikan kebaikan pada orang-orang sekitar. Agar aku bisa menjalani apa yang aku suka namun bermanfaat bukan hanya untuk diriku sendiri.

Untuk mencapai kesana, aku harus bisa lebih mandiri. Mana mungkin aku menyebar kebaikan kalau aku sendiri belum baik? Memang definisi ‘baik’ disini bisa memiliki banyak arti. Namun setidaknya, aku ingin mencapai pada tahap dimana apapun yang aku lakukan itu memiliki dasar pemikiran dan dasar-dasar lain yang jelas, bukan berdasar pada asumsi dan logika belaka.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *