Untuk yang kesekian kalinya

Posted in:

Sudah aku sering katakan, aku ini bukan orang baik-baik. Aku bukan merendah, tapi aku memang mengakui kalau aku ini makhluk penuh dosa. Tuhan masih baik , dengan menutup semua aib yang pernah aku lakukan selama aku hidup. Tuhan masih baik, masih mengelilingiku dengan orang-orang yang menganggapku baik.

Kalau aku ini orang baik, mungkin orang-orang terdahulu yang pernah jadi bagian dari ceritaku akan masih terus disini, mengukir kata demi kata. Tapi sejarahpun tau, dan sejarah takkan berubah. Yang lalu sudah berlalu, sekeras apapun aku berusaha takkan pernah ada 1 hal yang bisa berubah barang sedetik saja.

Menyerah akan hidup? tentu saja tidak. Mengakhiri segalanya adalah satu tindak kebodohan yang tidak akan pernah menjadi cerita dalam seluruh riwayat hidupku. Tapi tetap saja, seperti pada kebanyakan manusia lainnya, sesekali aku lelah. Sesekali aku lupa arah, dan sesekali aku ingin menyerah.

Aku ini selalu merasa berada di tempat yang bukan seharusnya. Merasa bukan menjadi prioritas bagi siapapun. Merasa apa yang aku lakukan terkadang tidak ada artinya sama sekali. Jangankan ingin menyombongkan diri, melihat diri sendiri di depan cermin saja terkadang aku muak. “Siapa orang ini? tak ada suatu hal yang menarik darinya. Pantas saja pada akhirnya dia selalu sendiri. Cih.“, kata batinku.

Menyedihkan? berarti kita beranggapan sama. Jangankan berbagi positive vibe, untuk pretend kalau semua baik-baik saja aku pun tak kuasa. Kini aku hanya bisa melangkah tergontai-gontai menuju tujuan yang sejak lama ku ukir dalam jiwa. Akankah ada yang bisa mengembalikan langkah tegapku seperti dulu lagi? Kalaupun ada, akankah semua berakhir sama untuk yang kesekian kalinya?



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *