There’s a devil inside of me.

Posted in:

Sepertinya aku ini sedang kerasukan, atau mungkin memang sudah jadi kawan setan. Entah kenapa dalam satu minggu terakhir ini aku benar-benar merasa malas untuk mengerjakan segala sesuatunya. Mungkin saja, setan koala sudah merasuki raga ini.

Sekalipun aku coba untuk paksakan, tak ada hal yang benar-benar berguna keluar dari isi kepalaku. Semua terasa kosong, berat, dan membingungkan. Aku coba untuk keluar mencari angin segar, duduk di sebuah tempat bersama manusia-manusia lainnya untuk menggali inspirasi-inspirasi baru. Itu cukup membantu, namun as soon as i get home, rasa malas itu datang lagi.

Pada saat aku membuat tulisan ini, Alan Walker baru saja menerbitkan lagu terbarunya melalui YouTube dengan video berjudul “Alan Walker & Ava Max – Alone, Pt. II“. Otomatis, lagu itu playing on repeat apalagi setelah aku mendengar liriknya. Aku tak akan berbicara banyak soal lagu itu, karena itu bukan tujuanku dalam tulisan kali ini.

Jujur saja, mungkin sebagian dari kalian tahu kalau seharusnya sudah ada 2 tulisan terpublikasi sebelumnya. Bisa kalian lihat, untuk 2 tulisan terakhirku saja sudah diluar jadwal. Dan tak usah kalian bertanya mengapa, karena sedari awal tulisanpun sudah aku jelaskan alasannya. Mungkin saja, kepalaku ini sedang lelah. Banyak yang seharusnya aku kerjakan namun karena terlalu banyak, otakku ini malah berhenti bekerja. Di tambah cuaca mendung yang membawa suasana suram tiap harinya, membuat inspirasiku pun ikut memudar. Yang ada hanyalah isi kepala yang lari entah kemana.

***

We all need that someone, Who gets you like no one else, Right when you need it the most

From the song of Alan Walker & Ava Max – Alone, Pt. II

Sebulan setelah aku sakit, aku memulai kembali rutinitas harian di kamar kosku. Padahal segala sesuatunya sudah kubuat rapi, kubuat senyaman mungkin namun itu tetap saja dirasa kurang. Berbeda dengan pekerja kantoran yang mempunyai jadwal harian, co-worker dan sebagainya, aku bekerja di tempatku sendiri dan well, sendiri.

Interaksi sosial yang aku lakukan saat ini kebanyakan terjadi di dunia maya, melalui teks dan suara-suara. Tidak ada raga yang benar-benar ada dalam radius 10 meter. Semua berbasis nirkabel, tak terbendung oleh jarak dan waktu. Satu-satunya kawan yang sering berkunjung adalah Mukhlis, kawan lamaku. Namun bisa dikatakan, kehadirannya sekalipun terkadang membingungkan karena dia sendiri masih mencari jalan untuk hidup.

Untuk melawan rasa malasku, aku mencoba untuk meminta dukungan dari orang-orang yang memang sedang memiliki tingkat interaksi yang cukup tinggi denganku. Ada yang berkata, kalau mungkin aku ini terlalu banyak memikirkan soal pekerjaan. Otakku mungkin lelah meskipun raga ini tidak. Habis mau bagaimana lagi? hanya itu yang ada dipikiranku saat ini. Aku ini bukan orang kaya yang bingung dalam hidup harus berbuat apa. Terkadang untuk bisa makan saja aku harus memutar isi kepala.

Pendapatanku yang belum seberapa, usahaku yang belum berjalan, ditambah kegiatanku yang kebanyakan menjadi kegiatan amal dimana aku mengeluarkan lebih daripada apa yang aku dapatkan (kalau dilihat secara materi, meskipun pada akhirnya aku tak mempedulikannya) menjadikan diri ini exhausted.

Malah ada hari dimana aku bermimpi perihal kawan SD namun kita semua berada di lingkungan SMA, tepatnya di kelas lamaku yang kini telah rata dengan tanah. Mungkin benar, aku ini lelah. Bahkan parahnya, bangun dari tidur aku bukan merasa segar melainkan kelelahan.

***

Semua itu membuat rasa malas ini semakin menjadi-jadi. Padahal sebelumnya, aku sudah menulis jadwal kegiatan, membuat daftar projek, mencatat apa saja yang harus kulakukan, intinya untuk membuat aku tetap produktif. Sayangnya, sebagian kecil dari itu telah aku abaikan. Aku melakukan beberapa hal untuk menyemangati diri, namun tetap saja. Aku belum bisa mengalahkan setan dalam diri.

We all need a soul to rely on, A shoulder to cry on, A friend through the highs and the lows

From the song of Alan Walker & Ava Max – Alone, Pt. II

Mungkin Alan benar, pada akhirnya aku tak bisa melakukan semuanya sendiri. Aku tetap butuh orang lain, setidaknya untuk menggapai tanganku dan menemani disaat aku sedang lelah. Tapi jujur saja, aku tak mau itu menjadi sebuah hal yang menjadikanku ketergantungan terhadap seseorang. Aku tetap ingin bisa berdiri di kaki sendiri, apapun kondisinya. Namun aku menyadari, itu merupakan suatu hal yang sulit dan malah terkesan sombong untuk orang yang literally kurang berada seperti aku ini. I’m not gonna make it alone.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *