Biarkan aku bermimpi saja.

Posted in:

Akhir-akhir ini aku merasa sedikit aneh dengan kehidupan. Ada perasaan yang tak dapat ku mengerti. Terkadang banyak hal terjadi begitu cepat hingga aku pun tak sadar akan hal itu.

Mungkin aku sedikit lelah. Kondisi tubuhku tak begitu fit saat ini. Aku berbaring sedari tadi dan membiarkan jari-jari kecilku menari pada layar ponsel yang sudah usang. Membiarkan kata demi kata tercipta beriringan dengan nada musik yang terdengar tak begitu indah.

Jangan salahkan jika tulisanku kali ini tak begitu bermakna. Aku sendiri tak tahu ingin mengungkapkan apa. Ini masih pagi, tak banyak yang telah aku lakukan meski memang aku terbangun sedari tadi.

Kemarin aku mencoba untuk tidur cepat, namun tetap saja aku terbangun di pagi harinya. Mungkin sekitar jam 2 dini hari, entahlah aku tak begitu mengingatnya. Aku mencoba untuk rehat kembali namun sepertinya keadaan tak begitu mendukung.

Disaat kondisi tubuhku tidak sedang pada kondisi prima, aku seringkali bermimpi dalam tidurku. Tak dapat dipungkiri bahwa dalam kondisi apapun kepalaku ini tak pernah bisa berhenti berpikir. Seringkali aku malah kehilangan fokus pada apa yang sedang aku kerjakan, hanya karena tiba-tiba pikirku melayang melintasi benua.

Itulah mengapa, terkadang aku merasa ‘lelah bermimpi’ ketimbang menjalani hari. Berbeda dengan kehidupan nyata, mimpi seringkali terasa lebih indah karena didalamnya banyak terjadi hal yang tak kita jumpai dalam keseharian. Terkadang hal yang telah lama sirna bisa saja kembali dalam mimpi kita, atau suatu impian yang sedang kita damba muncul begitu saja menjadi sebuah jalan cerita yang akan membuat kita menyesal saat terbangun.

Aku teringat salah satu episode Doraemon dimana Nobita, Doraemon dan kawan-kawannya menggunakan sebuah alat yang bisa menukar dunia nyata dan dunia mimpi. Kehidupan nyata mereka akan terasa bagai mimpi namun mimpi mereka akan terasa bagai kehidupan nyata. Mengerti kan maksudku?

Jujur saja, saat ini aku sedang dihadapkan pada masa dimana aku tak berani melakukan banyak hal yang melibatkan perasaan. Mungkin aku terlalu sensitif hingga terkadang apa yang orang lain ucap selalu dirasa tertuju padaku. Asa kasepét waé. Yes, I’m sundanese. Problem?

Aku melakukan banyak kegiatan yang bisa dibilang produktif. Namun produktif disini bukan berarti menghasilkan uang, malahan aku seringkali mengeluarkan banyak uang untuk itu. Bayarannya bukan materi, namun kepuasan tersendiri yang entah bagaimana terasa seperti mengisi kekosongan diri ini.

Namun aku takut jika berlama-lama disana. Aku takut tenggelam dan terjebak pada masa dimana aku candu akan suatu hal yang membutuhkan biaya besar untuk mendapatkannya. Ya, sama seperti candu narkoba.

Dalam situasi seperti ini, seringkali aku berharap ada yang bisa mendampingi. Aku sadar mungkin itu suatu permintaan yang terlalu besar dan mana mungkin ada orang yang akan memperdulikan. Aku selalu siap untuk berikan semua yang aku punya, meski nyatanya tak begitu banyak yang bisa kuberi. Dan aku sadar, pemikiran bodoh itu menjadi kekuranganku.

Aku merasa tak memiliki banyak hal yang bisa diberi, padahal untuk bisa menarik perhatian orang haruslah memiliki sesuatu untuk diberikan. Bukan pesimis, aku lebih ke realistis. Tak ingin memberi angan hanya sekedar untuk dapat pujian.

Yasudahlah, daripada merugikan orang lain hanya karena kelakuan bodohku, biarlah aku bermimpi saja.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *