Bersinar seperti kunang-kunang.

Posted in:

Eyooo it’s monday. It’s time for another update. Gak banyak sih yang terjadi hari ini, karena sebagian besar waktu habis untuk rehat di atas kasur berdebu. Aku belum begitu sehat, sekarang kondisiku bak kakek tua yang terus menerus batuk menunggu ajalnya datang.

Pun begitu, bukan berarti aku tak bisa beraktifitas. Hari ini aku tetap pergi ke SMA dan MTs, berpakaian serba hitam plus masker hitam pula. Sudah bak ninja yang mau datang ke pemakaman. Semua itu tak berlangsung lama, karena sebelum maghrib aku sudah kembali pulang ke rumah.

Sadar diri akan keadaan tubuh yang enggak mau sinkron dengan hati yang tergerak ingin pergi kesana-kemari, aku coba untuk batasi kegiatan hingga memang tubuh ini kembali ke dalam kondisi prima. Sayang sih sebenarnya, karena bulan ini salah satu bulan yang cukup langka dimana ada banyak kesempatan untuk melakukan banyak kegiatan tanpa dituntut banyak hal oleh kewajiban-kewajiban yang biasa datang.

Sehari sebelumnya, aku menghabiskan malam di salah satu coffeshop. Tentu saja aku tak membayar sepeser pun karena aku memang tak memegang uang saat itu (sampai sekarang sih haha). Aku tak sendirian, aku bersama salah satu teman terdekatku dan disana kita berdiskusi banyak soal kegiatanku akhir-akhir ini.

Entah mengapa sekarang aku merasa hampir dalam semua tulisanku ini sifatnya self-centered . Hanya ada aku, aku dan aku. Jarang sekali aku bisa membuat tulisan yang bisa sedikit lebih berguna ketimbang apa yang selama ini aku tulis. Bukan aku tak ingin, hanya saja aku merasa pengalaman hidupku memang tak seberapa.

Well, mungkin ada baiknya mengingatkan kalian untuk jaga kesehatan raga maupun jiwa. Jangan lupa untuk selalu punya pegangan dalam hidup, selalu punya prinsip-prinsip yang dipegang dalam segala kegiatannya. Kalian itu nahkoda dalam hidup kalian.

Jangan jadi sepertiku, tak mengerti keadaan tubuh yang sudah lelah namun tetap memaksakan demi memuaskan hasrat hati akan eksplorasi dunia yang malah berujung malapetaka.

Back to the coffeshop.

Nama tempat itu firefly. Bukan sekedar tempat nongkrong biasa, karena harga kopi disana diatas uang biru semua. Sayang, aku bukan lagi penikmat kopi seperti dulu. Di tempat ini bukan sekedar kopi instant, tapi kopinya kopi racikan. Aku tak begitu memperhatikan ada jenis kopi apa saja disana, karena yang tahu banyak soal itu ya temanku.

Aku tak begitu tertarik untuk bersikap konsumtif terlebih untuk saat ini kondisi finansial pada dompetku sedang pada titik negatif, mungkin kedepannya aku harus jual bala-bala online ke Amerika untuk menjadi konglomerat dan mulai menaklukan dunia.

Jokes aside, malam itu bukan pertamakalinya aku nongkrong di tempat itu. Tempatnya bukan di tengah kota, melainkan terletak di suatu perumahan. Namun bisa dibilang tempat itu memang nyaman untuk menuangkan pikiran karena tak begitu banyak orang berkerumun layaknya pada sebuah cafe.

Aku dan temanku terbiasa menghabiskan waktu disana sampai larut malam, sampai tempat itu benar-benar kosong. Kebetulan, tempat tinggal pemilik tempat itu tak begitu jauh dari rumahku.

Singkat cerita, kita membahas banyak soal literasi, birokrasi, pendidikan dan tetek bengeknya. Disana kita duduk berdiskusi pada satu meja ibarat dua jendral yang sedang menentukan strategi perang. Perbedaannya, kita ini bukan jendral maupun siapa-siapa.

Aku ini hanya bocah lulusan SMA sementara dia mahasiswa yang belum kunjung keluar dari status mahasiswa-nya. There’s nothing much we can do, tapi kita mencoba untuk melakukan suatu hal yang sifatnya positif dan masih memungkinkan untuk kita lakukan.

Salah satunya yang sedang aku lakukan saat ini, yaitu ikut aktif dalam kegiatan literasi di SMA lamaku. Kita berbincang bagaimana kegiatan remaja saat ini dalam hal literasi dan refleksinya dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah aku mem-publish tulisanku yang kemarin, aku mulai bisa melihat ada banyak hal yang terungkap hanya dari satu pintu kegiatan ini. Aku mulai mengerti pola pikir remaja sekarang (setidaknya dalam lingkup SMA yang ku datangi ini) , bagaimana mereka bertindak, mengambil keputusan, hingga bagaimana mereka berekspresi dalam keseharian.

Wah.. sepertinya tulisan kali ini terlalu panjang, diluar kebiasaanku. Akan ku akhiri disini saja dan disambung lain waktu, itupun kalau aku berniat melakukannya. Ciao!



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *