Ada apa dengan si Aku?

Posted in:

Sudah dua bulan ya, kita tidak bertemu. Sepertinya bagiku konsisten merupakan hal yang semu. Akan ada banyak alasan dan yang paling cliche adalah kesibukan. Perbedaan manusia produktif dan manusia sok sibuk itu sangat mudah ditebak. Dalam hal ini, kalian bisa melihat si Aku sebagai contoh yang buruk.

Bisa dibilang, sebenarnya aku sedang dalam pelarian. Keputusan sembrono dalam hidup yang bisa saja membawaku ke jurang penyesalan. Yah setidaknya aku memprediksi ada banyak hal dalam hidup yang akan membuatku merasa bersalah untuk sekian lama. Namun terkadang, aku belum bisa mengalahkan egoku untuk bisa memperbaiki cara hidup. Terkadang ada saja idealisme yang sulit untuk terealisasi karena terhalang oleh diri sendiri.

It’s impossible not to hurt someone. Humans unconsciously hurt others simply because of existing. Whether you’re alive or dead, you keep hurting people. Getting involved will hurt them, but trying not to get involved might hurt them too.

Shizuka Hiratsuka (Yahari Ore no Seishun Love Come wa Machigatteiru. Zoku)

Sepertinya aku secara gegabah menempatkan diri pada posisi yang tidak baik dan untuk keluar dari posisi itu akan menyakiti banyak orang termasuk diri sendiri. Aku merasa aku sudah banyak belajar namun tetap saja aku seringkali membuat kesalahan. Entah itu terburu-buru dalam mengambil keputusan, kurang amanah dalam pekerjaan, maupun tindakan sehari-hari yang terkadang emosi tanpa beralasan.

Sekarang kebanyakan orang sedang hidup dalam fase ‘new normal’ dimana masker dan sanitizer menjadi standar hidup dimana-mana dan ada dinding pembatas antar manusia setebal 1 meter dimana kalau kau menerobos batas itu, you’ll die. Well not directly, but eventually. Everybody will die at some point, right?

Setelah 4 bulan berada dalam sangkar, akhirnya aku memberanikan diri untuk menghirup udara luar dan boy oh boy, yang mendadak hinggap dalam diri bukanlah virus-virus corona namun virus-virus kehidupan yang bisa merusak jiwa. Aku yang sudah tidak lagi banyak mengkonsumsi kafein selama bertahun-tahun tiba-tiba di cekoki oleh kafein tingkat tinggi. Jantungku berdebar, untuk beberapa waktu aku merasa bahagia dan untuk beberapa waktu lainnya aku merasa sedih dan bingung yang luar biasa.

Selemah itu kah diri ini sekarang terhadap air kopi? entahlah. Namun bukan itu yang sebenarnya aku ingin ceritakan. Seperti biasanya, ratusan kata yang ku tuangkan seringkali tak beresensi apa-apa. Aku hanya mencoba untuk menghabiskan waktu dengan pura-pura bahagia, menuangkan untaian kata tak bermakna dan merasuki pikiran kosong para pembaca.

Sang Aku yang sedang kebingungan dengan hari itu.

***

Sudah berapa lama ya aku berkelana? Menyandang status lulusan SMA di dunia modern yang kejam ini. Sebenarnya mau jadi apa aku nanti? Pengangguran berpenghasilan? But what exactly does that mean? Aku ini manusia pemalas yang kurang bertanggung jawab, tidak bisa menjaga komitmen, seringkali menyakiti dalam perkataan, terkesan sombong dan arogan. Penuh dengan bualan akan kemampuan yang seringkali orang-orang dewakan.

Aku ini tidak memiliki kualifikasi dalam bidang apapun, tak ada ijazah atau sertifikat untuk diakui manusia lain dalam hal kemampuan, tidak ada suatu bidang yang dirasa cukup hebat untuk bisa menghasilkan sesuatu. Bukan merendah tapi aku memang saat ini merasa rendah. Mungkin kalau berucap dan berkesan sombong, diri ini cukup hebat dalam hal itu. ‘Tong kosong nyaring bunyinya’,’Semakin tinggi ilmu seseorang semakin paham bahwa dia semakin tidak tahu apa-apa’. Aku ini tipikal orang yang tak tahu banyak hal namun banyak bicara seolah ia tahu akan segalanya.

Sebenarnya ada banyak hal di kepala ku ini, hanya saja aku bingung mana yang layak dituangkan dan mana yang seharusnya aku simpan dalam-dalam. Aku ini awalnya bukan orang yang senang bercerita terhadap keluh kesah kehidupan, namun semua berubah setelah kejadian itu. Kejadian yang… hanya sebagian orang tahu. Katanya sih, orang berubah setelah hatinya patah. Mungkin saja itu yang terjadi padaku. Tapi sayangnya, kini aku malah merasa menjadi orang yang jahat, haha.

Rasa-rasanya, kejujuranku hanya akan menyakitkan orang yang mendengarnya. Rasa-rasanya, aku jahat ketika baik dan ketika mencoba berbuat baik aku tetap jahat. Hal itu sepertinya sudah terkonfirmasi oleh beberapa teman yang setidaknya sudah mengenalku dalam beberapa waktu. Aku ini seperti orang yang sudah menemukan jawaban akan pertanyaannya sendiri, namun masih ragu dengan jawaban-jawaban itu. Jiwa skeptis yang terbentuk karena kultur media barat membuat aku jadi orang yang seringkali menghancurkan ide-ide orang lain.

Sifat diri yang judgmental cenderung mengkerdilkan orang yang dirasa tak sepemahaman, padahal sang Aku sendiri tak lebih dari bongkahan kayu yang habis terbakar kemudian tertimbun tanah dan terlupakan. Ocehan sombong yang tak disertai dengan bukti, menjadi andalan ketika menghadapi lawan bicara. Permainan kata sebagai justifikasi, menjadi senjata utama ketika ditanya bukti nyata. ‘Aku hanya lulusan SMA’, menjadi kalimat perlindungan untuk bermain peran sebagai rakyat biasa yang tak ingin disalahkan.

***

Aku ingin menyampaikan permohonan maaf, kepada semua pihak yang telah terlibat dalam lika-liku kehidupanku. Kepada semua orang yang pernah terdzolimi oleh perbuatanku. Kepada semua orang yang hatinya pernah tersakiti oleh perlakuanku. Kepada semua orang yang menyimpan dendam karena perkataanku. Aku tak merasa memiliki dendam apapun untuk siapapun, namun bukan berarti aku terbebas dari dosa-dosa terhadap manusia lainnya. Mungkin saja, kamu yang sedang membaca ini punya suatu kekesalan terhadap diriku.

Dan seperti biasa, terimakasih telah menghabiskan menit-menit berhargamu untuk bacaan yang tak ada artinya ini.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *