Waktu, diri, dan keseharian

Posted in:

 

Yang tadinya berjalan, kini dipaksa untuk berlari. Yang tadinya terdiam, kini dipaksa bergerak tak berhenti. Terkadang hidup memang lucu. Meski mata terbuka lebar, nyatanya tak semua bisa kita lihat. Sekalipun kita melihat, seringkali kita tak memperhatikan.

Kenapa aku berkata begitu? jangan diambil pusing, barusan itu hanya celotehan semata. Beberapa hari ini kegiatanku sedang lumayan padat, aku sedang mengejar satu pekerjaan yang aku targetkan harus rampung bulan ini. Dikarenakan aku ada agenda tambahan, otomatis aku harus mempercepat pekerjaanku itu. Itu juga jadi alasan kenapa tulisanku telat satu hari, dan aku minta maaf soal itu.

Sebenarnya jadwalku sudah cukup penuh, cukup banyak yang harus ku kerjakan. Maklum, aku kan CEO. Chief Everything Officer. Semua pekerjaan dari ide sampai eksekusi aku seorang yang kerjakan. Tidak, aku bukannya mengeluh. Merasa lelah sesekali itu wajar bukan? Jangan khawatir, aku tak keberatan melakukan semua itu. Aku cuma berharap, orang lain bisa sedikit mengerti akan posisiku karena akupun mencoba untuk sebaliknya.

Kalau boleh jujur, aku ini benci akan rutinitas yang sifatnya monoton. Aku juga kurang suka jika harus diatur-atur oleh orang lain. Maka dari itu, konsekuensinya adalah aku harus bisa mengatur diri sendiri, lebih bagus lagi kalau akupun bisa mengatur orang lain. Manajemen waktu, adalah salah satu hal yang wajib dikuasai oleh siapapun itu. Mau tidak mau, semua harus diperhitungkan.

Sederhananya, kau harus punya bayangan atas apa yang akan kau kerjakan semenjak kau bangun dari tidurmu hingga kau memejamkan mata untuk tidur. Ngeri sebenarnya untuk berani berkomitmen dalam hal ini. Apalagi kalau semisal kita lihat orang-orang yang mondok di pesantren. Jadwal mereka padat, namun tertata rapi.

Nyaris 180 drajat dengan kaum rebahan masa kini, dimana sebagian besar waktu mereka habiskan berdiam diri atau beraktifitas ala kadarnya. Para santri dan santriwati kebanyakan harus mengejar dua dunia dalam satu waktu. Aku sendiri tak begitu yakin bisa seperti itu. Mungkin bisa, kalau dipaksa. Tapi jujur, akan sangat berat bagiku yang selama ini hidup menganut paham do less effort but get more outcome.

Jangan salah, aku sedang mencoba untuk berubah. Aku mulai benar-benar mengatur jadwalku, dari hal kecil sampai hal besar secara keseluruhan. Mungkin tak se-ekstreme anak-anak pesanten, tapi setidaknya aku belajar untuk disilpin. Setahap demi setahap, perlahan tapi pasti. Yang terpenting, istiqamah dalam menjalaninya.

Seperti yang kalian ketahui , sadar dan yakini, bahwa kita ini tak hanya mengejar satu dunia, melainkan dua dunia. Maka dari itu, mau tak mau kita harus benar-benar menguasai manajemen diri. Hal yang paling mudah untuk mengawali, adalah dengan menentukan kapan kau akan tertidur dan kapan kau akan terbangun. Kenapa aku bilang mudah? jelas, karena dua hal tadi itu sudah barang tentu dilakukan oleh semua orang dan tanpa terkecuali.

Sebisa mungkin niatkan diri untuk bangun pada jam-jam tertentu sesuai keinginan kalian. Lakukan apapun itu untuk mencapai jam bangun yang diinginkan, entah itu dengan memasang 10 alarm pada waktu yang berdekatan, minta tolong teman atau bahkan yang paling ampuh dengan meminta tolong pada Tuhan. Jujur saja, bagiku yang terakhir memang cara paling ampuh. Bukankah semua amal tergantung dari niat?

Setelah itu tercapai, kemudian kita belajar untuk istiqamah. Kita belajar untuk konsisten terhadap hal itu, apapun yang terjadi. Setelah kita bisa berkomitmen dengan diri sendiri, barulah kita bisa beranjak untuk mulai merencanakan hal lainnya dalam keseharian kita. Aku berani berbicara seperti ini karena akupun sedang melakukannya. Jadi, ayo kita sama-sama perbaiki diri!



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *