Mantapkan Hati

Posted in:

Memang ada yang Maha membolak-balikkan hati. Tapi bukan berarti kita tidak bisa berusaha untuk bisa menjaga hati. Memang salah, ketika kita meminta hati kepada seseorang yang bukan pemilik hati tersebut. Ada suatu zat yang maha besar yang memiliki bukan satu tapi semua hati manusia.

Bukan salah kalau kita menaruh suatu harapan kepada seseorang, berharap sesuatu kepada seseorang. Itu merupakan suatu hal yang manusiawi. Kita diciptakan untuk hidup berdampingan satu sama lain. Kita dianugrahi akal dan pikiran sehingga kita bisa berbagi dan menyatukan perasaan.

Mungkin saat ini belum waktunya, aku kembali bersama dengan hati yang aku damba-dambakan. Mungkin ini waktunya aku merasakan kehilangan yang tiada tara. Mungkin aku sedang diuji seberapa serius diri ini dalam menjaga hati seseorang. Mungkin aku terlalu lalai dalam tanggung jawab sehingga sang pemilik hati mengembalikan apa yang pernah Dia titipkan.

Namun diri ini sudah bertekad. Perjuangan ini belum berakhir, dan mungkin tak akan pernah berakhir. Tekad hati ini sudah bulat, tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Sempat ada masa dimana hati ini bertanya-tanya. Namun semua terjawab sudah.

Tidak ada kata terlambat, ini sudah memang jalannya. Ini bukan perpisahan, namun ini merupakan babak baru dalam perjuangan. Selama nafas ini masih berhembus, harapan itu tetap ada. Perasaan menggebu ini akan terus berkobar hebat dalam hati.

Aku akan terus berjuang.

Biarlah hati ini hancur, biarlah apa yang aku bina selama ini hilang begitu saja. Ini bukan akhir dari dunia. Ini bukan akhir dari hidupku. Api yang padam bisa dinyalakan kembali. Sedari awal, aku memilih untuk memperbaiki piring yang becah ketimbang membeli piring yang baru.

Semua diciptakan dengan tujuan di dalamnya. Tak ada satu hal pun di dunia ini yang hadir tanpa makna. Dirinya hadir dan kini masih ada di tempat yang sama meski maknanya bukan untukku lagi. Roda masih bisa berputar. Dan aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memotar roda itu.

Banyak kesalahan yang aku lakukan. Namun bukan berarti aku mengalah dengan keadaan dan mengakui bahwa aku memang bukan orang yang baik. Aku akan buktikan pada dunia, aku akan buktikan kepadanya, bahwa aku sanggup untuk menjaga hati untuk dirinya maupun hati untuk diriku sendiri.

Tamparan keras dari sang pemilik hati ketika semua ini terjadi. Sakit. Itu pasti. Itu sesuatu yang tidak bisa aku hindari. Aku mengakui, sejujur-jujurnya aku mengakui bahwa hati ini tak bisa berbohong dan hati ini tak bisa menahan rasa sakit yang aku alami.

Aku tidak baik-baik saja. Namun aku mencoba untuk bertahan, sekuat mungkin. Lagipula, apa pentingnya perasaan ini bagi orang lain? . Satu hal lagi. Rasanya jari manisku telah kehilangan sesuatu. Dan satu hal lagi. Mengapa kini aku berasa seperti pemeran antagonis dalam suatu FTP yang endingnya tidak akan menjadi baik buatku.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *