Katanya sih tahun baru, tapi kok suraaaaaaaaam

Posted in:

31 Desember 2019. It’s probably become one of the worst day (i said one of the worst because obviously there’s another one) of the entire year. Well, not exactly like it sounds but at least ada beberapa kejadian yang bikin aku geregetan.

Pertama dan yang paling menyebalkan. Hujan yang begitu besar semenjak siang dan entah kenapa pe-el-en memutuskan untuk mematikan listrik untuk sebagian daerah. Wajar sih, apalagi ada banyak guntur menggelegar yang siap menyambar hidupku yang tak karuan ini. Tapi yang membuatku gedek itu bukan soal keputusan pe-el-en memadamkan listrik, melainkan durasi pemadaman listrik yang terjadi di komplek tempat kosanku berada yang membuatku terheran-heran sampai akupun berpikir akan berbagai teori konspirasi. Bisa saja penduduk setempat memutuskan untuk tidak menyalakan listrik agar warganya tidak bisa keluar untuk ikut merayakan tahun baru seperti ribuan orang lainnya. Iya kan?

Selain pemadaman listrik, hujan besar pun mengakibatkan salah satu bagian vital dari sebuah bangunan mengalami disposisi. Genteng kosanku yang dulu pernah di orak-arik oleh kucing kini kembali tergeser. Aku sedang tertidur dan baru sadar ketika hujan sudah terlanjur besar. Alhasil, kamar ku mengalami banjir internal yang mengharuskanku untuk mengevakuasi barang-barang termasuk karpet yang sudah 3 kali terkena musibah yang sama. Menyebalkan, bukan?

Sejak sore hari, sebagian besar listrik perkotaan sudah menyala kembali namun tidak dengan listrik ditempatku berada. Akhirnya selepas isya aku memutuskan untuk pergi ke luar karena sinyal hpku otomatis akan hilang ketika listrik padam dan i can’t afford to be disconnected from the world, again. Terlebih lagi saat itu (menurutku) ada yang sedang membutuhkanku.

Kebetulan aku memang ada agenda meeting dengan teman untuk membahas yang katanya sih perihal usaha. Ujian listrik padam belum cukup, datang ujian lainnya. Malam itu tahun baru, dan otomatis jalanan ramai (meskipun aku heran karena kabupaten tempatku tinggal itu macam kuburan). Saking ramainya, para teletummies (para petugas berperut mekar) harus melakukan re-routing dan sialnya itu membuat perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh kurang dari 5 menit menjadi 1 jam lebih dikarenakan jalur yang harus memutar dan padatnya kendaraan.

Tujuan utama perjalanan itu tadinya Upnormal. Kita semua tidak tahu kalau jalur di perjalan akan terpaksa dialihkan oleh para teletummies. Karena kaget jalur yang di ambil berbeda, akhirnya ditengah-tengah kita berhenti dan temanku memutuskan untuk mengalihkan tujuan menjadi ke tempat kafe baru salah satu temanku. The problem was, baru saja aku akan menyampaikan kalau kafe temanku akan tutup hari itu karena mereka akan mengadakan rapat penting, eh mereka sudah meluncur duluan.

Tak mungkin aku bisa mengejar mereka karena padatnya jalan dan satu-satunya pilihanku adalah tetap pergi ke kafe itu berharap mereka akan menunggu. But no, it ain’t happen. Setelah aku menyusuri jalan padat oleh para couple yang akan tahun baruan, aku akhirnya sampai di kafe temanku dan seperti yang kalian bayangkan, aku celingak-celinguk melihat sekitar berharap melihat wajah-wajar familiar yang sedari tadi aku kejar. Setelah 1 menit melihat sekeliling dan tidak ada tanda-tanda batang hidung mereka, aku membuka ponselku dan menerima pesan kalau mereka sedang di perjalanan menuju destinasi awal, upnormal. Disitu aku sudah merasa ingin pulang saja ke kosan dan tak mempedulikan mereka.

Mengingat salah satu teman yang mengajak meeting hari itu bilang kalau dia sampai tak bisa tidur memikirkan konsep usaha kali ini, maka aku pun memutskan untuk tetap melanjutkan perjalanan setidaknya untuk menghargai sang inovator itu. Selang setengah jam kemudian, aku pun sampai pada tujuan dan duduk bersama 2 temanku yang sudah duluan sampai. Singkat cerita, meeting pun dimulai meski jalannya aduhai.

Jujur saja saat meeting pikiranku tak bisa benar-benar fokus karena aku merasa topik pembicaraan dan manusia-manusia yang ada di tempat itu semuanya out of sync. Masing-masing punya urusan sendiri dan meskipun kita berkumpul, semua serasa seperti berada dalam dimensi yang berbeda. Terlebih lagi ada hal yang menggelitik dipikiranku seraya menggerutu dan membuatku memutuskan untuk mengerjakan segalanya dengan cepat dan bergegas pulang.

Setahun berlalu dan rapat pun selesai. I know that was a shitty joke. Akhirnya aku bergegas pulang dengan harapan listrik di kosan sudah kembali menyala. Harapanku kandas ketika melihat daerah yang ku datangi masih gelap gulita layaknya kota mati. Dan benar saja, sampai pukul 1 pagi listrik masih belum menyala juga. Ponsel menunjukkan sisa baterai sebanyak 50% dan tadinya aku masih tenang-tenang saja mengingat aku punya powerbank dan seingatku masih ada sedikit daya tersisa. But man, i was wrong again. My powerbank was actually dead.

Setengah daya dari kapasitas ponsel bisa dibilang cukup untuk melewati malam yang suram. Tapi ada satu keanehan yang terjadi. Malam itu aku menemani seseorang melalui telfon hingga dini hari. Namun aku terheran, karena sedari awal aku telfon baterai ponselku tak kunjung berkurang dari angka 50%. Selang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba indikator baterai melonjak drastis menjadi 1% dan akupun buru-buru mencari kabel data untuk mengisi ulang daya ponselku.

Untungnya , saat itu listrik sudah menyala kembali meski dalam prosesnya aku harus kehilangan 1 lampu kamar karena konsleting right when the electricity came back. Malam itu terasa sangat lambat namun pada akhirnya aku melewatinya dan datanglah mentari pertama di 2020 ini. Tidurku cukup nyenyak, namun ketika bangun aku sesak. Ponselku tak mau menyala, padahal seingatku aku biarkan ia untuk mengisi daya.

Berjam-jam aku berusaha untuk mencari penyebab dan solusinya, namun apa daya sampai saat ini tak ada hasil apa-apa. Aku terlanjur lelah, dan aku tak punya uang untuk memperbaiki itu secepatnya. Meskipun sebenarnya ponsel merupakan salah satu barang paling vital untukku karena tanpa nya pekerjaanku akan 4 kali lebih berat. Aku tak akan menyalahkan siapa-siapa, karena semenjak aku membeli ponsel tersebut aku sudah tau resiko ini dapat terjadi pada waktu yang tak terduga.

Aku lelah, sampai sekarang aku belum makan apapun dan sepertinya tubuh ini sudah mulai meminta. Ini baru awal bulan, awal pergantian tahun, namun cobaan demi cobaan malah menghampiri tak pandang ampun. Stay strong, Awan.

Edit : Forget everything that you just read. Semua yang aku alami gak sebanding dengan apa yang dialami orang-orang yang sekarang kebanjiran di jakarta. I’m so freaking ungrateful.



One response to “Katanya sih tahun baru, tapi kok suraaaaaaaaam”

  1. Michiko Avatar

    Selamat tahun baru dengan segala cerita baru. Memang kalau dijalani berat, tapi kok aku ketawa dengan segala persambatan ini ya? wkwkwk. Semangat selalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *